Kullu Bid'atin Dholalah wa kullu dholaalatin Fin Naar. Setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap yang sesat (tempatnya) di neraka.
Tentu anda sering mendengar hadits diatas bukan?. Ya, baik pengikut 4 mazhab (Maliki, Hanbali, Syafii, dan Hanafi) maupun pengikut wahabi mengakuinya sebagai hadits yang mutawatir (hadits yang secara terminologi berarti Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah besar orang yang menurut adat istiadat mustahil mereka bersepakat untuk berdusta). Artinya, hadits ini benar-benar dari Nabi SAW dan bukan termasuk kategori hadits maudhu' dan hadits palsu.
Selain hadits diatas, ada juga riwayat yang mengatakan bahwa khalifah Umar R.A pernah menyatakan "Ni'mal Bid'ah Hadzihi" (sebaik-baiknya bid'ah adalah ini) didepan para sahabat Nabi yang lainnya. Seperti kita ketahui bersama bahwa Khalifah Umar adalah salah satu yang disebut Nabi golongan penduduk surga. Khalifah Umar adalah pemimpin umat Islam, figur yang cerdas, dan faqih. Figur pemimpin yang paling bertanggung jawab dan tegas.
Merujuk dari fasal tentang Bidah yang telah dijelaskan panjang lebar baik secara logika maupun non-logika oleh Nahdlatul Ulama (NU) di http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,8256-lang,id-c,ubudiyah-t,Fasal+tentang+Bid+ah++1+-.phpx yang ditinjau dari berbagai sudut pandang keilmuan disebutkan bahwa tidak semua bid'ah itu sesat. Mengapa? Bid'ah itu sesat jika terjadi pada ibadah Mahdhoh (ibadah secara langsung) yang sudah ditentukan rukun, waktu, dan segala macamnya seperti sholat misalnya.
Jika kita menambah sholat wajib menjadi 6 waktu atau mengurangi wajib sholat menjadi 4 waktu atau menambah rokaat sholat isya menjadi 6 rokaat itu baru disebut dengan bid'ah yang sesat. Tapi untuk ibadah ghoiru mahdhoh (ibadah secara tidak langsung) seperti zikir, do'a, kerja dan sebagainya itu bebas. Kita boleh berzikir sambil duduk, berdiri, atau berbaring. Begitu juga do'a, kita diperbolehkan berdo'a dengan segala macam bahasa apa saja yang terpenting masih sesuai syariah islam, misalnya tidak mendoakan untuk kejelekan kecuali kalau kita terzalimi.
Tahlilan, Maulidan, Yasinan dan sebagainya itu merupakan salah satu ibadah yang ghoiru mahdhoh. Bekerja misalnya merupakan ibadah. Jadi bekerja tidaklah harus seperti yang ada pada zaman Nabi misalnya menggembala unta, kambing, dan lain sebagainya. Tidak boleh jadi programmer karena bid'ah dan lain sebagainya.
Ada banyak sunnah nabi didalam bid'ah hasanah misalnya bersholawat, berzikir, berdo'a, membaca Al-Qur'an, memberi makan orang, bersalaman dan lain sebagainya. Kesemuanya itu ada dalilnya. Insya Allah ada balasannya jika kita ikhlas.
Berbagai makna penjelasan secara gamblang secara Qiyasy, Ushul Fiqih, dan logika juga telah dijelaskan oleh para ulama dalam hal ini dapat anda baca di http://muslim.or.id/7272-ini-dalilnya-5-makna-setiap-bidah-adalah-sesat.html.
Jadi, anda tidak usah ragu dengan apa yang telah anda kerjakan. Hanya mereka yang berpikiran picik dan sempit yang mengatakan dan memvonis bahwa hal-hal diatas seperti Tahlilan, Maulidan, maupun Yasinan sebagai suatu bid'ah yang sesat.